Never Again
Never shall I forget that night, the first night in camp, which has turned my life into one long night, seven times cursed and seven times sealed.
Never shall I forget that smoke.
Never shall I forget the little faces of the children, whose bodies I saw turned into wreaths of smoke beneath a silent blue sky.
Never shall I forget those flames which consumed my faith forever.
Never shall I forget that nocturnal silence which deprived me, for all eternity, of the desire to live.
Never shall I forget those moments which murdered my God and my soul and turned my dreams to dust.
Never shall I forget these things, even if I am condemned to live as long as God Himself.
Never.
Minggu 21 Januari 2007, disaat gw lagi pusing buka tutup koran KOMPAS minggu sambil mencet sana-sini remote TV kamar, tiba2 gw tertuju kepada Oprah Primetime show di Metro. Waktu itu gak kaya biasanya, Oprah syuting gak didalem studio, tapi diluar. Dia lagi jalan ditengah salju yg putih hampir nutupin seluruh background dari layar TV dan dia ditemenin sama seorang kakek2 tua yg keknya tuh umurnya sekitar 80-an tahunan. Pelan2 gw coba ngikutin lagi ngomongin apa sih nih orang dua. Ternyata mereka berdua lagi berada di Aushwitz, sebuah tempat yang berada di pedalaman Poland jauh dari pusat kota Warsaw. Aushwitz tersebut ternyata sekitar tahun 1940-an awal merupakan tempat terjadinya kegiata holokaus (pembunuhan etnis masal) terhadap hampir sekitar ribuan etnis Yahudi di Polandia semasa kekuasaan Nazi. Para Yahudi yang dulu sangat dibenci oleh Nazi dipaksa masuk kedalam Kamp Konsentrasi Aushwitz. Apakah itu bayi, balita, remaja, lansia, pria, wanita, gak ada pengecualian siapa yg harus masuk ke Aushwitz. Semua orang Yahudi, tanpa kecuali. Orang2 yg dianggap masih kuat untuk dipekerjakan dibiarkan hidup sedangkan yg tidak akan dimasukkan kedalam ruang gas, dibunuh, dan dibakar menjadi abu. Baik itu bayi, wanita anak2, lansia, tanpa terkecuali.
Kakek2 tersebut ternyata bernama Elie Wiesel, Profesor dibidang Literatur, dan merupakan salah seorang survivor dari Kamp Konsentrasi Aushwitz, dimana diumur 14 tahun, dia dipaksa masuk kesana dengan seluruh keluarganya. Oprah mengundang Elie untuk menceritakan pengalamannya dan juga tentang bukunya "Night" yang merupakan sebuah memoir perjalanan Elie muda mulai dari masuk ke Kamp Aushwitz, kehilangan ibu dan kakak perempuannya, kehilangan ayah tercintanya, melihat kematian yg menjadi hal biasa dan umum di Kamp Konsentrasi tersebut, dan juga bagaimana dia bisa selamat dari Aushwitz dan Buchenwald hingga bisa menceritakan pengalamannya kepada seluruh umat manusia tentang kekejian yg telah dialaminya agar bisa menjadi suatu pelajaran bagi semua orang untuk lebih menghargai hidup dan sesama sehingga holokaus dan massacre terhadap sesama tidak akan pernah terjadi lagi dimuka bumi ini. Toh selepas kejadian tersebut, manusia masih belum bisa belajar dari pengalaman Prof. Elie *1992 - Pembantaian bangsa muslim Bosnia oleh pemerintah Serbia, 1993 - Pembantaian etnis Tutsi oleh etnis Hutu di Rwanda, dan bahkan setelah milenium 2003 - pembantaian di Sudan, Darfur hingga sekarang*
Kebetulan setelah menonton acara yg sangat inspiring tersebut, gw langsung tertarik untuk baca bukunya. Gw dengan segera menghubungi QB dan juga ak.sa.ra Kemang dan ternyata buku tersebut gak ada stok. Akhirnya gw DP dulu di QB Kemang untuk mereka cari ke supplier luarnya. Alhamdulillah, akhirnya dapet juga bukunya. Sumpah, buku bagus banget, kudu lo baca dah. Bener2 perjalanan yg membuat lo merinding, sedih, seneng n huuuuaaaaaaaaa........... lebih menghargai hidup.
Kakek2 tersebut ternyata bernama Elie Wiesel, Profesor dibidang Literatur, dan merupakan salah seorang survivor dari Kamp Konsentrasi Aushwitz, dimana diumur 14 tahun, dia dipaksa masuk kesana dengan seluruh keluarganya. Oprah mengundang Elie untuk menceritakan pengalamannya dan juga tentang bukunya "Night" yang merupakan sebuah memoir perjalanan Elie muda mulai dari masuk ke Kamp Aushwitz, kehilangan ibu dan kakak perempuannya, kehilangan ayah tercintanya, melihat kematian yg menjadi hal biasa dan umum di Kamp Konsentrasi tersebut, dan juga bagaimana dia bisa selamat dari Aushwitz dan Buchenwald hingga bisa menceritakan pengalamannya kepada seluruh umat manusia tentang kekejian yg telah dialaminya agar bisa menjadi suatu pelajaran bagi semua orang untuk lebih menghargai hidup dan sesama sehingga holokaus dan massacre terhadap sesama tidak akan pernah terjadi lagi dimuka bumi ini. Toh selepas kejadian tersebut, manusia masih belum bisa belajar dari pengalaman Prof. Elie *1992 - Pembantaian bangsa muslim Bosnia oleh pemerintah Serbia, 1993 - Pembantaian etnis Tutsi oleh etnis Hutu di Rwanda, dan bahkan setelah milenium 2003 - pembantaian di Sudan, Darfur hingga sekarang*
Kebetulan setelah menonton acara yg sangat inspiring tersebut, gw langsung tertarik untuk baca bukunya. Gw dengan segera menghubungi QB dan juga ak.sa.ra Kemang dan ternyata buku tersebut gak ada stok. Akhirnya gw DP dulu di QB Kemang untuk mereka cari ke supplier luarnya. Alhamdulillah, akhirnya dapet juga bukunya. Sumpah, buku bagus banget, kudu lo baca dah. Bener2 perjalanan yg membuat lo merinding, sedih, seneng n huuuuaaaaaaaaa........... lebih menghargai hidup.




Labels: Night